Estádio José Alvalade menjadi saksi dari sejarah untuk sebuah tim yang 10 tahun sebelumnya masih bergumul di divisi terbawah liga Jerman karena baru “didirikan” kembali.

Gelandang asal Amerika Serikat Tyler Adams membuat sebuah gol yang menjadi gol pamungkas dan turut memberikan tiket ke semifinal untuk Die Rotten Bullen (Si Banteng Merah).

Setelah kisah dongeng Atalanta terpaksa terhenti oleh di tangan klub bertabur harta dan haus tahta Paris Saint Germain. RB Leipzig meneruskan kisah bersejarah di liga Champions edisi 2019-2020 yang memang patut untuk lebih di kenang terlebih karena dinamika global yang terjadi akibat pandemi.

Tim asuhan Julian Nagelsman,  pelatih yang baru berusia 33 tahun ini mengalahkan tim yang diatas kertas lebih di unggulkan, Atletico Madrid.  Die Rotten Bullen unggul 2-1 atas Atletico. Hebatnya, RB Leipzig menang saat baru saja ditinggal penyerang terbaik mereka Timo Werner. Kedua tim sempat bermain imbang tanpa gol di babak pertama. Nah, di paruh kedua, Leipzig unggul duluan di menit ke-50 lewat Dani Olmo. Atletico baru bisa menyamakan skor menjadi 1-1 di menit ke-71. Gol Atletico dicetak melalui eksekusi penalti Joao Felix. Sebelum pada dua menit jelang laga usai. Tyler Adams menjadi pahlawan dari wakil Jerman ini setelah bola tembakannya berbelok arah usai membentur kaki Stefan Savic, dan akhirnya para pemain, pelatih serta para staff tumpah ruah larut dalam kegembiraan saat peluit akhir di bunyikan.

Jika kita berbicara tentang RB Leipzig mungkin impresi awal kita adalah tentang 2 ekor banteng yang ada di logo yang sekilas mirip dengan persona suatu brand minuman berenergi Red Bull, tidak salah jika kamu berpikir demikian. Singkatnya pada 2009 angin pendanaan sepakbola mulai berhembus ke wilayah Jerman Timur. Setelah kapitalisme menolong klub-klub Jerman Barat untuk bersaing, seperti yang terjadi di tubuh VfL Wolfsburg yang ditolong oleh Volkswagen maupun Bayer Leverkusen yang ditolong oleh Bayer, salah satu perusahaan kenamaan asal Austria, Red Bull juga melihat ada sebuah potensi di Leipzig. Melihat potensi tersebut Red Bull pun mengakuisisi klub yang berkompetisi di divisi lima Liga Jerman, SSV Markranstaedt, untuk kemudian diubah dan diganti namanya menjadi RB Leipzig (RasenBallsport Leipzig). Kemudian menggunakan Zentralstadion yang pernah menjadi stadion yang dipergunakan untuk Piala Dunia 2006, yang kemudian namanya diubah menjadi Red Bull Arena (sama seperti nama stadion Red Bull Salzburg ataupun New York Red Bull) mereka mulai berkompetisi di Jerman.

Hasilnya, hanya dalam waktu tujuh tahun setelah dibentuk klub ini mampu mencapai Bundesliga, dan pada tahun berikutnya mulai menembus kompetisi eropa. Dan pada 2020 atau kurang lebih 11 tahun setelah di bangun klub ini menembus semifinal liga Champions. Sungguh sebuah pencapaian yang cukup mengagumkan bagi klub muda asal Leipzig ini.

Kebangkitan RB Leipzig ini, yang notabene adalah klub dari Jerman Timur, dimana klub yang berasal dari jerman timur dianggap sulit berprestasi tidak seperti klub wilayah Jerman Barat membuat bahagia seluruh pendukungnya namun tidak seluruh kebanyakan supporter klub lain terutama yang berasal dari Jerman Timur yang merasa memiliki sejarah lebih panjang di Bundesliga. Alih-alih mendukung, kebanyakan mereka mengutuki klub ini sebagai klub “plastik” ataupun “klub orang kaya baru”. Seperti halnya Chelsea dan Man. City yang merajalela di Inggris akibat bantuan dana melimpah.

Namun jika kamu berpikir bahwa kota Leipzig hanya baru-baru ini saja lekat dengan sepakbola, mungkin kamu harus mengetahui kembali tentang hal ini :

+ Leipzig adalah kota yang lekat akan sejarah sepakbola Jerman, maka nama kota Leipzig tidak akan pernah bisa terpisahkan. Segala hal yang pertama kali tentang sepakbola Jerman berawal di sini. DFB (Deutsche Fussball Bund), federasi sepakbola Jerman, dibentuk pada 28 Januari 1990 di Leipzig.

+ Setelah itu, sejarah kembali mencatat VfB Leipzig, klub sepakbola pertama di kota Leipzig, sebagai klub pertama pula yang meraih gelar juara di Jerman, usai mengalahkan FC Praha (Ceko saat itu merupakan bagian dari Jerman) dengan skor 7-2 pada pertandingan yang dilangsungkan di Altona pada 31 Mei 1903.

Terlepas dari apapun langkah yang dilakukan oleh RB Leipzig, pada akhirnya mereka mampu naik level ke Bundesliga. Dan juga turut kembali mengibarkan panji Jerman Timur di Bundesliga yang terakhir kali dilakukan oleh Energie Cottbus.

Kämpfe!  Die Rotten Bullen

Other Articles

Leave a Reply