Peluit akhir terdengar dan akhirnya menjadi malam yang cukup kelabu di Westfalen Stadium untuk sang tuan rumah Borussia Dortmund. Sempat unggul dan merasakan sejuknya aroma semifinal melalui aksi dari pemuda 17 tahun asal Inggris Jude Bellingham, namun Eksekusi Penalti Riyad Mahrez dan gol dari Phil Foden mengukuhkan Manchester City sebagai pemegang tiket terakhir ke semifinal liga Champions.
Gugurnya Borussia Dortmund juga menandakan habisnya wakil Bundesliga di ajang Liga Champions, karena sebelumnya sang juara bertahan Bayern Munich juga harus rela mengubur ambisnya untuk kembali juara karena kalah selisih gol atas wakil Prancis Paris Saint Germain.
Dengan absennya tim bundesliga di Semifinal Liga Champions edisi kali ini, apakah itu pertanda kualitas tim Bundesliga menurun? Wah jangan sampai kamu salah mengira. Walau tidak segemerlap Premier League, atau semasyur La liga. Bundesliga sedang menyajikan sesuatu yang menurut saya sangat-sangat menarik untuk perkembangan sejarah sepakbola modern. Yaitu pengembangan bakat-bakat muda.
Faktanya, kompetisi sepakbola Jerman adalah sekolah terbaik untuk mengembangkan pemain sebelum diekspor ke liga lain dengan profit yang tidak main-main. Suka atau tidak, itulah sesuatu yang secara tidak langsung paling dimanfaatkan oleh Bundesliga. Bundesliga telah melakukan kebijakan dalam pengembangan pemain di usia dini sejak lama, dalam hal ini mereka membuat sebuah turnamen dengan pembagian kategori-kategori pemain usia 10 sampai 19 tahun dengan pembagaian menurut usia. karena pengembangan sepakbola diusia dini berjalan dengan baik dan tersistem maka oleh karena itu bundesliga sekarang banyak mencetak pemain-pemain muda yang memiliki kualitas dan kuantitas yang bagus, seperti contoh ozil, goretzka, neuer yang terdidik bermain di usia dini klub schalke 04, yang akhirnya menjadi sosok pemain andalan bagi timnas jerman, contoh lain dari hasil pengembangan usia dini yang baik oleh bundesliga adalah kimmich, Niklas Süle, werner, havertz, sane dan lain-lain.
Bundesliga juga menjadi tempat bagi pemain muda dalam menunjukan talenta mereka di arena lapangan dengan dukungan klub yang baik, Klub-klub bundesliga tidak ragu dalam memasang pemain muda dalam setiap pertandingan mereka, hal tersebut banyak terlihat seperti di klub schalke 04, Bayer 04 Leverkusen, Dortmund, yang selalu menggunakan pemain muda dalam pertandingannya.
karena hal itu sekarang bundesliga menjadi sorotan bagi para pemain muda dari seluruh dunia untuk mengembangkan permainan mereka dengan berhijrah menimba ilmu di liga jerman itu. banyak dari negara negara eropa, amerika utara, afrika, dan asia yang memberikan pelatihan bagi para pemain mudanya untuk menimba ilmu ke negara jerman. Bahkan pemuda 17 tahun yang baru saja mendapat pujian Pep Guardiola sebagai pemain yang kharismatik, rela meninggalkan negaranya yang terkenal akan liganya yang gemerlap menuju Jersey Kuning Hitam kebanggan Borussia Dortmund mengikuti jejak pendahulunya yang sukses, Jadon Sancho. Atau bagaimana kisah pemuda asal Kanada yang melejit musim lalu Alphonse Davis? Apakah kurang menegaskan bahwa pembinaan pemain muda Bundesliga memang bisa dikatakan sudah di level tertinggi?
Bundesliga memang punya konsep yang cukup berbeda dengan Premier League yang memproklamirkan diri sebagai “best league in the world”. Memang pada kenyataanya liga Inggris dengan kekayaannya membutuhkan hal yang serba instan, hal itu membuat para pemain muda sulit berkembang dengan tekanan tersebut. Premier League musim lalu mempunyai usia rata-rata pemain hingga hampir 27 tahun, sementara Bundesliga di angka rata-rata 25,5 tahun. Itulah yang membuat Bundesliga kini menjadi salah satu importir terbaik sepakbola Inggris.
Di Bundesliga, kamu akan familiar dengan kata-kata “Kami tidak membutuhkan bintang, kami membuatnya.”
Jadi, apakah bintang selanjutnya akan bisa membawa tim Bundesliga Kembali mendominasi Eropa?